Featured
Mengapa PSIS Jadi Musuh Bebuyutan Persebaya di Era Perserikatan?
Di era Perserikatan, PSIS merupakan salah satu musuh bebuyutan Persebaya. Pertemuan dua klub Jawa ini selalu diwarnai gesekan panas baik di dalam maupun di luar lapangan. Mantan wartawan Jawa Pos, Slamet Oerip Prihadi atau akrab disapa Suhu merangkum kisah perseteruan Persebaya-PSIS di era Perserikatan.
Kompetisi Divisi Utama 1985-1986 babak penyisihan Wilayah Timur digelar di Semarang. Persebaya dan PSIS berada satu grup yang bermain di Semarang.
Suporter Semarang mengolok-olok pemain Persebaya nemen. Persebaya akhirnya gagal lolos ke Enam Besar. Sepertinya wasit juga gak fair. Persebaya banyak dirugikan. Akhirnya Persebaya terpuruk di peringkat 9 dari 10 tim Divisi Utama. Ini prestasi terburuk Persebaya.
Kondisi inilah yang mendorong Dahlan Iskan dan Jawa Pos mengundang para tokoh sepakbola Surabaya dan seorang akademikus Unair untuk diskusi di lantai 2 kantor Jawa Pos Kembang Jepun.
Tema: Bagaimana Persebaya Kembali Berjaya.
Semua pihak semangat.
Musim kompetisi 1986/1987, pertama kali para suporter Persebaya tret tet tet ke Senayan mendukung Green Force di babak Enam Besar. Baru kali itu ada suporter dengan seragam yang sama. Hijau dengan tulisan: Kami Haus Gol Kamu.
Sebelumnya tidak ada suporter tim yang berkaos seragam dan syal seragam. Dengan banner 70 meter dipasang di atap Gelora Bung Karno. Luar biasa.
Persebaya di final kalah 0-1 oleh PSIS. PSIS waktu itu memang hebat di bawah asuhan Sartono Anwar. Beberapa wartawan Jakarta menjuluki PSIS bagai Brazil-nya Indonesia.
Para suporter Persebaya (waktu itu belum ada julukan Bonek) pulang dari Jakarta dilempari batu oleh para suporter PSIS. Yang naik KA terutama. Jawa Pos memberangkatkan 35 bus suporter ke Senayan.
Perseteruan suporter Persebaya dan PSIS inilah yang memanaskan suasana. Mereka terlihat iri dan tidak rela Persebaya lebih hebat dari PSIS.
Kompetisi 1987/1988
Babak penyisihan digelar di Gelora Tambaksari. Nah di sinilah “balas dendam” itu. Terjadilah kasus sepakbola gajah: Persebaya ngalah 0-12 pada Persipura.
Alhasil PSIS tersingkir dan Persipura lah yang lolos ke babak Enam Besar.
Jawa Pos memberangkatkan 135 bus suporter ke Jakarta. Dan satu pesawat Garuda suporter elite.
Persebaya juara setelah di final menang 3-2 atas Persija.
Waktu itulah Persebaya dijuluki The Dream Team. Siapa pun pelatihnya, Persebaya diyakini pasti juara. Luar biasa. Apalagi manajernya Almarhum Pak Agil H. Ali yang cerdik dan kaya siasat itu.
Makin sakitlah hati para suporter PSIS. (*)
Featured
Gedung Persebaya Surabaya
Ini adalah foto Gedung Persebaya kondisi terkini. Gedung yang terletak di Jl. Karanggayam ini digunakan oleh Tim Persebaya Surabaya dalam kurun waktu tahun 1978-1990.
Gedung ini digunakan sebagai tempat berkumpul tempat dan tinggal sebagian pemain serta pengurus persebaya.
Sebelum gedung ini ada, para pemain dan pengurus Persebaya Surabaya menggunakan bangunan yang berada di Jl. Dharma Rakyat, tak jauh dari Jl. Karanggayam.
Namun setelah Wisma Persebaya (Mess Eri Irianto) selesai dibangun pada tahun 1989, secara bertahap para pemain dan pengurus Persebaya pindah ke Wisma Persebaya mulai tahun 1990. (dpp)
-
Catatan Penulis2 years ago
Terima Kasih AZA!
-
Catatan Penulis2 years ago
Saya Bertanya kepada Bonek tentang Arti Kemenangan Persebaya Atas Arema
-
In Memoriam Legend2 years ago
PSIM, Eri Irianto, dan Duka Persebaya
-
Statistik2 years ago
Bedah Strategi Pergantian Pemain Coach Aji Berdasarkan Data
-
Catatan Penulis2 years ago
Patah Hati Melihat Bonek dan Persebaya
-
Catatan Penulis2 years ago
Mengapa Azrul Mundur, Sebuah Perspektif
-
Musim4 years ago
Dualisme Persebaya, Era Kegelapan Dalam Sejarah Persebaya
-
Statistik2 years ago
Sho Me Your Guts!