Jersey
Serba-Serbi Jersey Persebaya 2008/2009
Lazimnya dalam dunia jersey, kita mengenal perbedaan varian jersey suatu tim dalam satu musim berjalannya kompetisi. Umumnya kita pasti pernah mendengar istilah Original Fans Version, Original Replica, Player to Replica, Player Issue, Match Issue, Bench Worn, Dan tentunya tingkatan tertinggi dalam dunia jersey yaitu Matchworn.
Seperti yang saya sebutkan diatas bahwa jenis jersey tersebut di atas tentunya memiliki perbedaan masing-masing di setiap detailnya. Mungkin dari sebagian besar kita semua sudah mengetahuinya. Namun bukan ini yang hendak kita bahas secara spesifik.
Tema yang akan kita bahas ialah mengenai keunikan dari jersey kebesaran tim kebanggaan Arek Suroboyo: Persebaya Surabaya musim kompetisi 2008/09. Pada musim tersebut Persebaya mengikuti kompetisi kasta kedua di Indonesia di bawah naungan federasi yang sah pada saat itu, yaitu Divisi Utama atau pada saat itu dikenal dengan “Liga Esia”.
Ya, karena pada saat itu Liga Divisi Utama disponsori oleh suatu perusahaan telekomunikasi milik keluarga Bakrie. Selain itu Persebaya Surabaya juga mengikuti kompetisi Piala Indonesia yang pada tahun tersebut lebih terkenal dengan nama “Coppa Dji Sam Soe”. Karena memang pada tahun tersebut gelaran Piala Indonesia disponsori salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia.
Lazimnya sebuah klub, dalam setiap musim akan mengikuti dua kompetisi sekaligus dan sudah selayaknya sebuah tim memiliki beberapa spare jersey untuk setiap laganya. Namun uniknya Persebaya mensiasati hal tersebut dengan menambah jenis jersey, bukan menambah banyaknya jumlah satu varian jersey. Bayangkan saja Persebaya memiliki 5 jenis jersey di tahun ini, tidak seperti klub-klub peserta liga lainnya yang rata-rata hanya memiliki 3 jenis jersey yaitu home, away, dan jersey latihan yang juga sering digunakan sebagai jersey ketiga apabila kondisi diperlukan. Sepanjang pengamatan saya, kelima jenis jersey Persebaya pada musim itu adalah : Home-Away (Liga Esia), Home-Away (Coppa Dji Sam Soe), dan satu jenis jersey training.
Karena pada musim tersebut Persebaya menggunakan 5 jenis jersey jadilah bermacam-macam rupa kita temui perbedaan dan spesifikasi masing-masing jersey. Beberapa di antaranya dapat saya ulas sebagai berikut:
Crest (Emblem) PSSI
Pada tiap jersey berbeda. Dari contoh jersey yang saya punya, masing-masing memiliki crest yang berbeda. Konon crest seharusnya adalah jenis woven label karena itu sudah dipasok dari PSSI selaku federasi yang menaungi liga. Karena jumlah yang diberikan PSSI sangat terbatas maka dibuatlah demikian oleh Persebaya dengan bordir (berdasar info dari staff perlengkapan Persebaya pada saat itu). Berbeda lagi dengan yang dijual resmi dan bebas di sebuah toko olahraga terkemuka SS. Pada jersey ini bentuk lambang PSSI sangatlah berbeda.
Crest (Emblem) Persebaya
Pada tiap jersey berbeda. Dari contoh jersey yang saya punya, masing-masing memiliki crest yang berbeda. Konon crest seharusnya adalah jenis wovenlabel karena pada saat awal kompetisi Persebaya sudah mempersiapkanwovenlabel untuk dipasang pada jersey Persebaya. Karena pada saat itu pemesanan hanya sedikit dan terbatas maka dibuatlah demikian oleh Persebaya dengan bordir (berdasar info dari staff perlengkapan Persebaya pada saat itu, dan jersey ini hanya untuk latihan saja yang menggunakan crest bordir) “Alasan klasik menurut saya, yaitu perhitungan yang kurang mantap Cak!”. Berbeda lagi dengan yang dijual resmi dan bebas disebuah toko olahraga terkemuka “SS”. Pada jersey ini bentuk lambang Persebaya sangatlah berbeda.
Sponsor AIM Biscuits
Pada setiap jersey berbeda. Entah apa yang melatar belakangi ini karena pada saat bertemu staff Persebaya tersebut saya belum menyadari adanya perbedaan sponsor pada AIM Biscuits. Ada versi sablon dan ada versi bordir. Bisa jadi pada saat itu produsen kehabisan tinta sablon.
Jenis Font Nomer Punggung
Pada tiap jersey berbeda. Tidak ada model baku jenis font untuk jersey musim ini, sering kali berubah termasuk model penempatan huruf per huruf untuk nama pemain yang terkadang berbentuk horizontal, dan terkadang juga berbentuk curva. Untuk hal ini awalnya saya tak memperhatikan. Namun setelah mendapat jersey dari kawan yang juga seorang alumni Persebaya, saya mulai menyadarinya. Ya, mungkin pekerja bordir pada saat itu mulai mengantuk dan lelah, atau malah bisa diasumsikan ingin membuat sebuah inovasi agar berbeda antara jenis jersey yang satu dengan yang lain.
Mungkin sejauh ini, demikian saja yang bisa saya bagikan mengenai keunikan jersey Persebaya pada musim tersebut. Mungkin ada yang menambahkan?
*) Artikel ini pernah dimuat di blog Surabaya Jersey Community
Catatan Penulis
Abu-Abu, Kelabu Nasibmu
Kalah ya kalah saja. Kita memang bermain buruk kala harus bertekuk lutut kepada tuan rumah Persikabo Bogor di Stadion Pakansari kemarin. Di sini kita tidak sedang mencari-cari alasan mengapa tim kita sampai kalah. Namun disini kita akan mencermati pemilihan warna jersey away kita. Abu-abu.
Warna putih identik sebagai warna pilihan untuk jersey away kita untuk pertandingan tandang. Sudah sekian tahun musim berganti, Persebaya selalu memilih warna putih. Entah kenapa di musim ini, Persebaya Store sebagai pihak penyedia official kits bagi tim merilis jersey abu-abu sebagai warna pilihannya. Banyak yang bilang bahwa jersey abu-abu itu identik dengan nuansa yang kelabu dan suram. Bukan warna yang pas untuk mengobarkan semangat kala berjibaku mencari kemenangan di lapangan hijau.
Dalam psikologi warna, abu-abu sebenarnya mewakili netralitas dan keseimbangan. Namun abu-abu juga memiliki sisi konotasi negatif, terutama dalam hal menderita depresi atau perasaan kehilangan. Tidak ada warna membuatnya terkesan kusam.
Ada sejarah buruk dalam sepakbola kala sebuah tim mengenakan jersey berwarna abu-abu. Kejadiannya menimpa klub Manchester United kala bertandang ke Stadion The Dell, kandang Southampton, kala melakoni musim 1996. Manchester United saat itu harus mengenakan jersey ketiganya yang berwarna abu-abu, karena tuan rumah mengenakan jersey dengan warna dominan merah, warna yang sama dengan jersey utama mereka. Alhasil Matt Le Tissier dan kawan-kawan berhasil mengobrak-abrik gawang MU dengan skor 3-0 pada babak pertama. Para pemain kesulitan melihat kawannya sendiri karena warna abu-abu sulit terlihat kala pemain bergerak di lapangan. Akibatnya, mereka banyak sekali melakukan salah umpan sehingga menguntungkan pihak lawan.
Alhasil, di ruang ganti pemain, Sir Alex Perguson, pelatih MU kala itu memerintahkan anak asuhnya berganti jersey yang berwarna biru putih menggantikan jersey abu-abu tadi. Permainan Manchester United berkembang, mereka berhasil mencetak satu gol di babak kedua, namun itu tak menghindarkan mereka dari kekalahan.
“Para pemain tidak suka jersey abu-abu. Mereka tidak bisa melihat satu sama lain ketika mereka mengangkat kepala mereka. Para pemain sendiri yang berkata seperti itu, dan itu bukan takhayul,” ujar Sir Alex setelah pertandingan berakhir.
Berangkat dari kisah tersebut, saya bertanya-tanya dalam hati:
“Kenapa ya Persebaya memilih jersey berwarna abu-abu, padahal warna tersebut sulit terlihat di lapangan kala pemain bergerak?”
Apalagi nomor punggung dan nama pemain menggunakan warna hijau. Melalui siaran replay di televisi yang slow motion saja kita masih sulit melihat warna hijau dalam jersey abu-abu itu, apalagi bagi para pemain sendiri di lapangan.
Abu-abu… kelabu, kelam, sedih, dan… kalah.
Haruskah jersey ini dipakai lagi ke depannya? Masih banyak waktu buat menarik jersey ini dari peredaran, suruh pihak manajemen melalui tim kreatifnya mendesain jersey baru untuk jersey awaynya.
Keledai pun tidak jatuh ke lubang yang sama. (*)
Jersey
Jersey Homecoming Game 2017, Simbol Penahbisan Sang Kapten Muda Persebaya
Rachmat Irianto pasti akan mengingat momen partai eksebisi Homecoming Game melawan PSIS Semarang di pra-musim 2017. Bagaimana tidak, ia seakan menjadi sorotan utama dan protagonista pada pertandingan tersebut.
Anak dari legenda Persebaya Surabaya, Bejo Sugiyantoro itu menyandang status kapten dengan usia yang baru menginjak 17 Tahun saat itu. Sebenarnya ia juga telah menjadi kapten pada laga away di Semarang sebelumnya, ketika Persebaya kalah 1-0 dari tuan rumah.
Namun tentu Homecoming Game 2017 jauh lebih spesial, karena pertandingan itu adalah kali pertama setelah nyaris 4 Tahun Persebaya Surabaya (dengan status tim yang diakui federasi), kembali menjejakkan kaki di ‘rumah’ mereka, Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Selain itu, Rian -sapaan akrab Rachmat Irianto- juga diserahi ‘mandat’ langsung oleh Mat Halil kapten pada pertandingan tersebut (yang pada akhirnya juga merupakan pertandingan terakhir di penghujung karir profesionalnya). Mat Halil sendiri yang melingkarkan ban kapten di lengan Rian, ketika ia digantikan di babak 2.
Lebih sempurna, Rian sendirilah yang mencetak gol tunggal kemenangan dari titik putih kala itu. Mengenakan jersey pra-musim dengan sponsor Jawa Pos di bagian dada, dan nomer 13 di punggung, Rian dengan sempurna mengecoh penjaga gawang PSIS Semarang. Membuat sekitar 55.000 supporter yang hadir bergemuruh. (*)
Jersey
Nostalgia di Jersey Persebaya Tempoe Doeloe
Lapangan Prapat Kurung, Surabaya (24/04/2015), para legenda Persebaya yang menamai tim mereka dengan nama Persebaya Tempoe Doeloe berkumpul untuk mengadakan pertandingan silaturahmi guna memeriahkan acara HUT Petikemas XVI.
Tampak tim yang dihuni para pemain legendaris Bajoel Ijo tersebut menggunakan jersey berwarna hijau dengan tulisan ‘Persebaya Tempoe Doeloe’ dan logo bordir Persebaya di dada.
Pada pertandingan melawan jajaran manajemen yang tergabung dalam tim Pelabuhan FC itu akhirnya dimenangkan oleh Persebaya Tempoe Doeloe dengan skor tipis 3-2.
Nampak beberapa legenda Persebaya yang bergabung dalam tim Persebaya Tempoe Doeloe seperti Maura Hally, Budi Santoso, Nurkiman, Muharram Rusdiana, Budi Johanis, Yusuf Eko Dono, Mat Halil dan banyak lainnya. (*)
-
Catatan Penulis2 years ago
Terima Kasih AZA!
-
Catatan Penulis2 years ago
Saya Bertanya kepada Bonek tentang Arti Kemenangan Persebaya Atas Arema
-
In Memoriam Legend2 years ago
PSIM, Eri Irianto, dan Duka Persebaya
-
Statistik2 years ago
Bedah Strategi Pergantian Pemain Coach Aji Berdasarkan Data
-
Catatan Penulis2 years ago
Patah Hati Melihat Bonek dan Persebaya
-
Catatan Penulis2 years ago
Mengapa Azrul Mundur, Sebuah Perspektif
-
Musim4 years ago
Dualisme Persebaya, Era Kegelapan Dalam Sejarah Persebaya
-
Statistik2 years ago
Sho Me Your Guts!