Jersey
Jersey Pramusim Persebaya 2017
Mengusung tagline kejayaan tahun 1988, Persebaya mendesain kostum pramusimnya seperti yang dikenakan pada era 80-an. Dengan tidak meninggalkan warna kebesaran hijaunya dengan sedikit kombinasi warna putih vertikal yang menghiasi baju tempur klub kebanggaan arek–arek Suroboyo itu. Sebenarnya Persebaya pernah mengeluarkan desain serupa namun dengan aksen garis putih horizontal. Seperti kostum yang digunakan Persebaya pada tahun 2011/12 pada perhelatan Indonesian Premier League.
Untuk material kostum Persebaya menggunakan bahan polyester, bahan model seperti ini memang sudah menjadi perkembangan di dunia kostum bola. Dengan karakteristik yang ringan bahan ini memang lebih cepat kering. Jadi pemain akan lebih merasa nyaman dalam memakainya.
Pada design dan pengaplikasian (sponsor dan sizing) Persebaya menggunakan metode sublime atau printing. Untuk ini sudah sering kita jumpai pada kostum–kostum kesebelasan Ligina. Selain biaya yang terjangkau ditambah mudah untuk fix and match-nya.
Untuk bagian collar atau kerah, manajemen menanggalkan desain lama (model polo) dengan memilih motif v-neck dengan memodifikasi sedikit dibagian pangkal pundak. Mungkin desain ini dimaksudkan agar punggawa Bajul Ijo lebih nyaman saat mengenakan kostum Persebaya. Ditambah untuk pemain dengan postur dada yang bidang akan terlihat sungguh matching karena bentuk dada akan terlihat. Namun sebaliknya untuk postur–postur pemain yang lain, nice try.
Pada bagian crest atau logo didada Persebaya menggunakan material polyflex print and cut. Pada material ini mepunyai kelebihan dan kekurangan. Dari segi fans untuk perawatan material ini cenderung lebih sulit dibanding woven atau sejenisnya. Namun sebagai peruntukan kostum sebagaimana mestinya, ini bisa membantu pemain merasa nyaman. Dalam arti sirkulasi keringat yang lebih mudah dan lebih ringan materialnya. (*)
*) Tulisan ini pertama kalinya muncul di emosijiwaku.com.
Catatan Penulis
Abu-Abu, Kelabu Nasibmu
Kalah ya kalah saja. Kita memang bermain buruk kala harus bertekuk lutut kepada tuan rumah Persikabo Bogor di Stadion Pakansari kemarin. Di sini kita tidak sedang mencari-cari alasan mengapa tim kita sampai kalah. Namun disini kita akan mencermati pemilihan warna jersey away kita. Abu-abu.
Warna putih identik sebagai warna pilihan untuk jersey away kita untuk pertandingan tandang. Sudah sekian tahun musim berganti, Persebaya selalu memilih warna putih. Entah kenapa di musim ini, Persebaya Store sebagai pihak penyedia official kits bagi tim merilis jersey abu-abu sebagai warna pilihannya. Banyak yang bilang bahwa jersey abu-abu itu identik dengan nuansa yang kelabu dan suram. Bukan warna yang pas untuk mengobarkan semangat kala berjibaku mencari kemenangan di lapangan hijau.
Dalam psikologi warna, abu-abu sebenarnya mewakili netralitas dan keseimbangan. Namun abu-abu juga memiliki sisi konotasi negatif, terutama dalam hal menderita depresi atau perasaan kehilangan. Tidak ada warna membuatnya terkesan kusam.
Ada sejarah buruk dalam sepakbola kala sebuah tim mengenakan jersey berwarna abu-abu. Kejadiannya menimpa klub Manchester United kala bertandang ke Stadion The Dell, kandang Southampton, kala melakoni musim 1996. Manchester United saat itu harus mengenakan jersey ketiganya yang berwarna abu-abu, karena tuan rumah mengenakan jersey dengan warna dominan merah, warna yang sama dengan jersey utama mereka. Alhasil Matt Le Tissier dan kawan-kawan berhasil mengobrak-abrik gawang MU dengan skor 3-0 pada babak pertama. Para pemain kesulitan melihat kawannya sendiri karena warna abu-abu sulit terlihat kala pemain bergerak di lapangan. Akibatnya, mereka banyak sekali melakukan salah umpan sehingga menguntungkan pihak lawan.
Alhasil, di ruang ganti pemain, Sir Alex Perguson, pelatih MU kala itu memerintahkan anak asuhnya berganti jersey yang berwarna biru putih menggantikan jersey abu-abu tadi. Permainan Manchester United berkembang, mereka berhasil mencetak satu gol di babak kedua, namun itu tak menghindarkan mereka dari kekalahan.
“Para pemain tidak suka jersey abu-abu. Mereka tidak bisa melihat satu sama lain ketika mereka mengangkat kepala mereka. Para pemain sendiri yang berkata seperti itu, dan itu bukan takhayul,” ujar Sir Alex setelah pertandingan berakhir.
Berangkat dari kisah tersebut, saya bertanya-tanya dalam hati:
“Kenapa ya Persebaya memilih jersey berwarna abu-abu, padahal warna tersebut sulit terlihat di lapangan kala pemain bergerak?”
Apalagi nomor punggung dan nama pemain menggunakan warna hijau. Melalui siaran replay di televisi yang slow motion saja kita masih sulit melihat warna hijau dalam jersey abu-abu itu, apalagi bagi para pemain sendiri di lapangan.
Abu-abu… kelabu, kelam, sedih, dan… kalah.
Haruskah jersey ini dipakai lagi ke depannya? Masih banyak waktu buat menarik jersey ini dari peredaran, suruh pihak manajemen melalui tim kreatifnya mendesain jersey baru untuk jersey awaynya.
Keledai pun tidak jatuh ke lubang yang sama. (*)
Jersey
Jersey Homecoming Game 2017, Simbol Penahbisan Sang Kapten Muda Persebaya
Rachmat Irianto pasti akan mengingat momen partai eksebisi Homecoming Game melawan PSIS Semarang di pra-musim 2017. Bagaimana tidak, ia seakan menjadi sorotan utama dan protagonista pada pertandingan tersebut.
Anak dari legenda Persebaya Surabaya, Bejo Sugiyantoro itu menyandang status kapten dengan usia yang baru menginjak 17 Tahun saat itu. Sebenarnya ia juga telah menjadi kapten pada laga away di Semarang sebelumnya, ketika Persebaya kalah 1-0 dari tuan rumah.
Namun tentu Homecoming Game 2017 jauh lebih spesial, karena pertandingan itu adalah kali pertama setelah nyaris 4 Tahun Persebaya Surabaya (dengan status tim yang diakui federasi), kembali menjejakkan kaki di ‘rumah’ mereka, Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Selain itu, Rian -sapaan akrab Rachmat Irianto- juga diserahi ‘mandat’ langsung oleh Mat Halil kapten pada pertandingan tersebut (yang pada akhirnya juga merupakan pertandingan terakhir di penghujung karir profesionalnya). Mat Halil sendiri yang melingkarkan ban kapten di lengan Rian, ketika ia digantikan di babak 2.
Lebih sempurna, Rian sendirilah yang mencetak gol tunggal kemenangan dari titik putih kala itu. Mengenakan jersey pra-musim dengan sponsor Jawa Pos di bagian dada, dan nomer 13 di punggung, Rian dengan sempurna mengecoh penjaga gawang PSIS Semarang. Membuat sekitar 55.000 supporter yang hadir bergemuruh. (*)
Jersey
Nostalgia di Jersey Persebaya Tempoe Doeloe
Lapangan Prapat Kurung, Surabaya (24/04/2015), para legenda Persebaya yang menamai tim mereka dengan nama Persebaya Tempoe Doeloe berkumpul untuk mengadakan pertandingan silaturahmi guna memeriahkan acara HUT Petikemas XVI.
Tampak tim yang dihuni para pemain legendaris Bajoel Ijo tersebut menggunakan jersey berwarna hijau dengan tulisan ‘Persebaya Tempoe Doeloe’ dan logo bordir Persebaya di dada.
Pada pertandingan melawan jajaran manajemen yang tergabung dalam tim Pelabuhan FC itu akhirnya dimenangkan oleh Persebaya Tempoe Doeloe dengan skor tipis 3-2.
Nampak beberapa legenda Persebaya yang bergabung dalam tim Persebaya Tempoe Doeloe seperti Maura Hally, Budi Santoso, Nurkiman, Muharram Rusdiana, Budi Johanis, Yusuf Eko Dono, Mat Halil dan banyak lainnya. (*)
-
Catatan Penulis2 years ago
Terima Kasih AZA!
-
Catatan Penulis2 years ago
Saya Bertanya kepada Bonek tentang Arti Kemenangan Persebaya Atas Arema
-
In Memoriam Legend2 years ago
PSIM, Eri Irianto, dan Duka Persebaya
-
Statistik2 years ago
Bedah Strategi Pergantian Pemain Coach Aji Berdasarkan Data
-
Catatan Penulis2 years ago
Patah Hati Melihat Bonek dan Persebaya
-
Catatan Penulis2 years ago
Mengapa Azrul Mundur, Sebuah Perspektif
-
Musim4 years ago
Dualisme Persebaya, Era Kegelapan Dalam Sejarah Persebaya
-
Statistik2 years ago
Sho Me Your Guts!