Jersey
Jersey Diadora 2008/09 sebagai Komoditi Besar Pertama Persebaya

Berbicara mengenai Persebaya, tentu yang tergambar di benak kita adalah tim yang sarat dengan tradisi sejarah, dan sangat disegani di kancah sepakbola Indonesia. Namun jika kita menilik sisi komoditas di luar lapangan, barangkali sah-sah saja jika Persebaya, bahkan tim-tim Liga Indonesia pada umumnya dikatakan sedikit tertinggal. Tentu apabila komparasinya adalah tim-tim mapan di liga-liga yang lebih maju.
Dari segi official merchandise klub misalnya. Baru pada satu dekade lalu, tepatnya di musim 2008/09, itulah kali pertama jersey Persebaya bisa kita temukan tersebar dan dijual ke pasaran secara luas di gerai-gerai olahraga di tanah air. Adalah jersey dengan sponsor apparel asal Italia, Diadora, yang kali pertama menggiring official merchandise Persebaya untuk berpenetrasi ke skala Nasional. Ketika itu jersey Persebaya dan beberapa klub lain yang juga disponsori oleh Diadora dibandrol seharga kurang lebih Rp 150.000.
Dengan kombinasi warna hijau-putih dan sponsor AIM Biscuit, jersey musim itu menjadi salah satu yang relatif paling iconic yang pernah dikenakan oleh Persebaya, apalagi didukung pula dengan mencuatnya nama Andik Vermansyah sebagai wonderkid kala itu dengan mengenakan nomer punggung 10.
Memang Persebaya pernah digandeng oleh apparel besar macam Adidas, Reebok di awal era Liga Indonesia. Namun sifatnya lebih kearah sponsor tunggal untuk Liga. Sehingga seluruh tim mengenakan apparel yang sama. Musim-musim lain ketika Persebaya mengenakan Adidas di 2003 dan 2004, Diadora dan Umbro di 2005 misalnya, lebih sebatas team supplies yakni jersey tim yang dibeli oleh anggaran klub sendiri, bukan berupa professional sponsorship yang mandiri kepada klub. Oleh karena itu tidak mengherankan, dalam semusim Persebaya bisa saja mengenakan 2 hingga 3 brand sekaligus untuk kostum tim mereka. Bahkan jamak ditemui pemain mengenakan jersey tanpa merek dari hasil jahitan penjahit lokal Tambaksari (area stadion Gelora 10 Nopember).
Pada musim 2007 sebetulnya telah dimulai langkah awal kerjasama mandiri antara Persebaya dengan sponsor apparel, yakni Kelme. Produsen perlengkapan olahraga asal Spanyol. Tapi distribusinya masih buruk dan fans masih sangat sulit untuk mendapatkan produk originalnya. Bahkan saya ingat untuk mendapatkan produk aslinya, kita masih harus ikut sistem PO produksi.

Jersey Persebaya musim 2008/09 versi Copa
Dengan demikian kiranya layak dikatakan bahwa pada musim 2008/09 adalah musim perdana jersey Persebaya mulai menjadi komoditi besar bagi branding image maupun mungkin pemasukan klub ke jenjang yang lebih profesional. (*)
Catatan Penulis
Abu-Abu, Kelabu Nasibmu

Kalah ya kalah saja. Kita memang bermain buruk kala harus bertekuk lutut kepada tuan rumah Persikabo Bogor di Stadion Pakansari kemarin. Di sini kita tidak sedang mencari-cari alasan mengapa tim kita sampai kalah. Namun disini kita akan mencermati pemilihan warna jersey away kita. Abu-abu.
Warna putih identik sebagai warna pilihan untuk jersey away kita untuk pertandingan tandang. Sudah sekian tahun musim berganti, Persebaya selalu memilih warna putih. Entah kenapa di musim ini, Persebaya Store sebagai pihak penyedia official kits bagi tim merilis jersey abu-abu sebagai warna pilihannya. Banyak yang bilang bahwa jersey abu-abu itu identik dengan nuansa yang kelabu dan suram. Bukan warna yang pas untuk mengobarkan semangat kala berjibaku mencari kemenangan di lapangan hijau.
Dalam psikologi warna, abu-abu sebenarnya mewakili netralitas dan keseimbangan. Namun abu-abu juga memiliki sisi konotasi negatif, terutama dalam hal menderita depresi atau perasaan kehilangan. Tidak ada warna membuatnya terkesan kusam.
Ada sejarah buruk dalam sepakbola kala sebuah tim mengenakan jersey berwarna abu-abu. Kejadiannya menimpa klub Manchester United kala bertandang ke Stadion The Dell, kandang Southampton, kala melakoni musim 1996. Manchester United saat itu harus mengenakan jersey ketiganya yang berwarna abu-abu, karena tuan rumah mengenakan jersey dengan warna dominan merah, warna yang sama dengan jersey utama mereka. Alhasil Matt Le Tissier dan kawan-kawan berhasil mengobrak-abrik gawang MU dengan skor 3-0 pada babak pertama. Para pemain kesulitan melihat kawannya sendiri karena warna abu-abu sulit terlihat kala pemain bergerak di lapangan. Akibatnya, mereka banyak sekali melakukan salah umpan sehingga menguntungkan pihak lawan.

Alhasil, di ruang ganti pemain, Sir Alex Perguson, pelatih MU kala itu memerintahkan anak asuhnya berganti jersey yang berwarna biru putih menggantikan jersey abu-abu tadi. Permainan Manchester United berkembang, mereka berhasil mencetak satu gol di babak kedua, namun itu tak menghindarkan mereka dari kekalahan.
“Para pemain tidak suka jersey abu-abu. Mereka tidak bisa melihat satu sama lain ketika mereka mengangkat kepala mereka. Para pemain sendiri yang berkata seperti itu, dan itu bukan takhayul,” ujar Sir Alex setelah pertandingan berakhir.
Berangkat dari kisah tersebut, saya bertanya-tanya dalam hati:
“Kenapa ya Persebaya memilih jersey berwarna abu-abu, padahal warna tersebut sulit terlihat di lapangan kala pemain bergerak?”

Apalagi nomor punggung dan nama pemain menggunakan warna hijau. Melalui siaran replay di televisi yang slow motion saja kita masih sulit melihat warna hijau dalam jersey abu-abu itu, apalagi bagi para pemain sendiri di lapangan.
Abu-abu… kelabu, kelam, sedih, dan… kalah.
Haruskah jersey ini dipakai lagi ke depannya? Masih banyak waktu buat menarik jersey ini dari peredaran, suruh pihak manajemen melalui tim kreatifnya mendesain jersey baru untuk jersey awaynya.
Keledai pun tidak jatuh ke lubang yang sama. (*)
Jersey
Jersey Homecoming Game 2017, Simbol Penahbisan Sang Kapten Muda Persebaya

Rachmat Irianto pasti akan mengingat momen partai eksebisi Homecoming Game melawan PSIS Semarang di pra-musim 2017. Bagaimana tidak, ia seakan menjadi sorotan utama dan protagonista pada pertandingan tersebut.
Anak dari legenda Persebaya Surabaya, Bejo Sugiyantoro itu menyandang status kapten dengan usia yang baru menginjak 17 Tahun saat itu. Sebenarnya ia juga telah menjadi kapten pada laga away di Semarang sebelumnya, ketika Persebaya kalah 1-0 dari tuan rumah.
Namun tentu Homecoming Game 2017 jauh lebih spesial, karena pertandingan itu adalah kali pertama setelah nyaris 4 Tahun Persebaya Surabaya (dengan status tim yang diakui federasi), kembali menjejakkan kaki di ‘rumah’ mereka, Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Selain itu, Rian -sapaan akrab Rachmat Irianto- juga diserahi ‘mandat’ langsung oleh Mat Halil kapten pada pertandingan tersebut (yang pada akhirnya juga merupakan pertandingan terakhir di penghujung karir profesionalnya). Mat Halil sendiri yang melingkarkan ban kapten di lengan Rian, ketika ia digantikan di babak 2.
Lebih sempurna, Rian sendirilah yang mencetak gol tunggal kemenangan dari titik putih kala itu. Mengenakan jersey pra-musim dengan sponsor Jawa Pos di bagian dada, dan nomer 13 di punggung, Rian dengan sempurna mengecoh penjaga gawang PSIS Semarang. Membuat sekitar 55.000 supporter yang hadir bergemuruh. (*)
Jersey
Nostalgia di Jersey Persebaya Tempoe Doeloe

Lapangan Prapat Kurung, Surabaya (24/04/2015), para legenda Persebaya yang menamai tim mereka dengan nama Persebaya Tempoe Doeloe berkumpul untuk mengadakan pertandingan silaturahmi guna memeriahkan acara HUT Petikemas XVI.
Tampak tim yang dihuni para pemain legendaris Bajoel Ijo tersebut menggunakan jersey berwarna hijau dengan tulisan ‘Persebaya Tempoe Doeloe’ dan logo bordir Persebaya di dada.
Pada pertandingan melawan jajaran manajemen yang tergabung dalam tim Pelabuhan FC itu akhirnya dimenangkan oleh Persebaya Tempoe Doeloe dengan skor tipis 3-2.
Nampak beberapa legenda Persebaya yang bergabung dalam tim Persebaya Tempoe Doeloe seperti Maura Hally, Budi Santoso, Nurkiman, Muharram Rusdiana, Budi Johanis, Yusuf Eko Dono, Mat Halil dan banyak lainnya. (*)
-
Catatan Penulis3 years ago
Terima Kasih AZA!
-
Catatan Penulis2 years ago
Saya Bertanya kepada Bonek tentang Arti Kemenangan Persebaya Atas Arema
-
In Memoriam Legend3 years ago
PSIM, Eri Irianto, dan Duka Persebaya
-
Statistik2 years ago
Bedah Strategi Pergantian Pemain Coach Aji Berdasarkan Data
-
Musim5 years ago
Dualisme Persebaya, Era Kegelapan Dalam Sejarah Persebaya
-
Catatan Penulis3 years ago
Mengapa Azrul Mundur, Sebuah Perspektif
-
Catatan Penulis3 years ago
Patah Hati Melihat Bonek dan Persebaya
-
Statistik2 years ago
Sho Me Your Guts!